Bali Go Visa : 2019 China 中国 Trip Final 24-Hour Interval Inwards Guangzhou 广州


It’s our 3rd twenty-four hours inwards Guangzhou in addition to sadly our terminal twenty-four hours inwards Red People's Republic of China equally well.. Empat hari di Red People's Republic of China sungguh tidak terasa.. Guangzhou itu kotanya besar banget, kayaknya perlu waktu seminggu baru bisa benar-benar meng-explore kotanya.. hehehe.. Masih dalam rangkaian perayaan anniversary mama-papa saya yang ke xxx tahun, kami mengawali hari itu dengan mengikuti misa pagi di gereja..  Di Guangzhou sendiri tidak banyak terdapat Gereja Katolik.. Salah satu Gereja Katolik yang ada, sekaligus menjadi yang terbesar dan paling terkenal di kota Guangzhou adalah Sacred Heart Cathedral..


Sacred Heart Cathedral memiliki nama resmi Cathedral of the Sacred Heart of Jesus dan lebih dikenal oleh orang local sebagai Stone House atau Shíshì.. Sacred Heart Cathedral ini berlokasi di Yide Lu (Yide Road), tak jauh dari Haizhu Square di Yuexiu District.. Gereja ini juga dijuluki sebagai “Notre Dame of East Asian” dengan arsitekturnya yang bernuansa gothic dan terbuat dari granite.. Sacred Heart Cathedral ini juga menjadi salah satu dari empat all-granite-churches yang ada di dunia.. Tak heran, gereja yang berumur lebih dari 130 tahun ini, tidak hanya menjadi tujuan bagi umat Katolik yang ingin beribadah, tetapi juga bagi para wisatawan.. 


Sacred Heart Cathedral





Untungnya Sacred Heart Cathedral ini memiliki banyak jadwal Misa (Mass Time).. Misa Harian (weekdays) diadakan pada pukul 06.45 dan menggunakan Bahasa Canton (Cantonese).. Hari Sabtu ada ii kali Misa, yaitu pukul 16.00 (Korean) dan 19.30 (Mandarin).. Sedangkan di Hari Minggu-nya ada 4 kali Misa, yaitu pukul 06.30 (Cantonese), 08.30 (Cantonese), 10.30 (Mandarin), dan 15.30 (English).. Selain itu, Sacred Heart Cathedral juga dibuka untuk pengunjung setiap harinya dari pukul 08.00 – 17.30..


Sacred Heart Cathedral - Opening Hours & Mass Times



Berhubung sekalian mau mengucap syukur atas anniversary papa-mama saya, jadi kami memilih untuk ke gereja saat tanggal seven paginya, yang jatuh di hari Senin.. Dikarenakan jadwal Misa Harian yang dimulai pukul 06.45, kami memilih naik taxi ke Yide Lu.. Kalau mau naik Metro, bisa juga.. Turunnya di Haizhu Square Metro Station dan dilanjutkan dengan jalan kaki sekitar 10 menit.. Biaya naik taxi dari Tianhe District ke Sacred Heart Cathedral sekitar 35 RMB saja..


Surprisingly, Sacred Heart Cathedral ini bagus banget.. Salah satu Gereja Katolik paling cantik yang pernah saya kunjungi.. Gereja-nya cukup besar serta di-design dengan sangat indah.. Misa-nya sendiri berlangsung dengan singkat karena hanya Misa Harian.. Umat yang datang juga lumayan banyak padahal langit Guangzhou masih gelap pagi itu.. Satu hal lagi yang sangat berkesan dari Sacred Heart Cathedral ini adalah dingin-nya.. Berhubung Sacred Heart Cathedral ini terbuat dari granite, jadi di dalam bangunan gereja itu malah terasa super dingin.. Apalagi ditambah dengan cuaca kota Guangzhou yang saat itu memang sedang dingin-dinginnya.. Saya sukses kedinginan dong.. Benar-benar kedinginan yang sampai menggigil gitu.. Sepertinya selama  4 hari di China, ya di Sacred Heart Cathedral ini saya baru merasakan yang namanya kedinginan.. Beruang kutub dari Bali kalah juga dengan dinginnya Sacred Heart Cathedral.. hahaha..










 (picture taken from Wikipedia)


 (picture taken from Wikipedia)











Kalau berkunjung ke Sacred Heart Cathedral sewaktu siang atau sore hari, kita bisa sekalian mampir ke Haizhu Market, Onelink International Plaza, dan beberapa tempat belanja di seputaran Haizhu Square.. Berhubung hari itu masih pagi, jadi belum ada yang buka, jadi kami memutuskan untuk mencari breakfast saja.. Membicarakan tentang kuliner Guangzhou, maka yang pertama kali terlintas di pikiran pastinya Dimsum.. Dimsum atau Diǎnxīn, konon memang berasal dari Canton atau Guangzhou.. Oleh karena itu dikenal istilah “Yum Cha” yang merupakan tradisi orang Cantonese dimana mereka menikmati Dimsum dengan ditemani segelas teh (tea).. Yang jelas, Dimsum ala Cantonese memang diakui oleh banyak orang sebagai yang terlezat di seluruh dunia.. Dimsum di Guangzhou sendiri dapat dengan mudah kita temui di seluruh pelosok kota, mulai dari yang dijualnya di pinggir jalan dengan gerobak sampai yang kelas restaurant..


Berhubung hari itu hari yang istimewa, maka kami memilih menyantap Dimsum di salah satu eating seat Dimsum paling terkenal di kota Guangzhou, Diǎn Dōu Dé (点都德).. Nama Diǎn Dōu Dé sendiri memiliki arti “everything is possible”.. Jadi kalau biasanya restaurant-restaurant hanya menyajikan bill of fare Dimsum di pagi hari, Diǎn Dōu Dé menyajikan bill of fare Dimsum all twenty-four hours long, jadi pengunjung dapat menikmati Dimsum kapan pun mereka mau.. Ada lebih dari 100 bill of fare Dimsum di Diǎn Dōu Dé dan semuanya dijadikan fresh.. Diǎn Dōu Dé saat ini memiliki sekitar 25 cabang (according LonelyPlanet) yang tersebar di seluruh penjuru Guangzhou.. Dari segi harga pun, menurut saya masih reasonable.. Tak heranlah kalau banyak orang rela antri untuk dapat menikmati Dimsum di Diǎn Dōu Dé ini..


Dari beberapa cabang Diǎn Dōu Dé yang ada, saya memilih pergi ke Diǎn Dōu Dé Ju Fulou di Huifu Dong Lu (Huifu East Road).. Alasannya karena Diǎn Dōu Dé Ju Fulou ini yang lokasinya paling dekat dengan Sacred Heart Cathedral.. Kami jalan kaki lho, jaraknya sekitar 1.2km.. Tapi karena cuacanya dingin, jadi ga berasa capek sama sekali.. hehehe.. Seru juga karena kami bisa melihat keseharian masyarakat Guangzhou yang pagi itu didominasi oleh anak sekolah dan para pekerja kantoran..




Diǎn Dōu Dé Ju Fulou



Ada untungnya juga sih ke Diǎn Dōu Dé sewaktu weekdays.. Kami bisa mendapatkan meja tanpa harus mengantri.. Berbeda di saat weekend, dimana pengunjung harus sabar mengantri karena bakalan ramai banget.. Tapi persoalan muncul ketika kami diberikan daftar menu.. Jadi kita sebenarnya hanya perlu menuliskan jumlah porsi di samping bill of fare Dimsum yang ingin dipesan.. Tapi masalahnya semua menunya itu ditulis dalam Chinese Character alias Hànzì.. Adik saya sudah coba menggunakan Google Translate, tapi masa iya menunya ratusan begitu dan kami harus interpret satu-satu.. Staff di Diǎn Dōu Dé juga sama sekali tidak bisa berbahasa Inggris.. Coba menggunakan Google Translate, terkadang apa yang diucapkan tidak selalu berhasil diterjemahkan dengan benar oleh si mbah Google.. Untung saja staff-staff di Diǎn Dōu Dé ini ramah-ramah dan helpful banget.. Ada satu mbak-mbak yang grip meja kami, dia dengan sabar menjelaskan berulang-ulang kali kepada kami.. Ya secara kemampuan Bahasa Standard Mandarin kami kan cetek banget.. hahaha.. Si mbak akhirnya punya jurus jitu, dia menunjukkan foto-foto makanan yang ada di smartphone-nya.. Jadi kalau kami mau pesan, tinggal tunjuk fotonya dan sebutkan mau berapa porsi.. Cuma ya gitu, tidak semua bill of fare ada fotonya.. Apalagi saat saya mau memesan lagi, tidak diperbolehkan sama mbak-nya.. Mbak-nya bilang, jangan pesan banyak-banyak, nanti kalau kurang, bisa pesan lagi.. hahaha.. Mungkin dipikirnya ini orang dari mana, rakus amat ya semua mau dipesan.. Jujur kami memang super kelaparan pagi itu.. wkwkwk.. Oh ya, sebagai teman makan Dimsum, ada v jenis teh yang bisa dipilih pengunjung, yaitu Black Tea, Guanyin Tea, Chrysanthemum Tea, Luo Han Guo, dan Puer Tea.. Untuk teh-nya sendiri dikenakan accuse mulai dari 6-8 RMB per orangnya..








menu di Diǎn Dōu Dé Ju Fulou




pilihan teh



Di Diǎn Dōu Dé sendiri ada lebih dari 100 bill of fare Dimsum yang bisa dipilih, mulai dari yang jenisnya steamed dimsum, fried dimsum, bāo (roti), congee (bubur), dan traditional dessert.. Kebanyakan bill of fare yang kami pesan adalah yang direkomendasikan sama mbak-nya.. Sebagai starter, kami memesan  Cakwe atau Yóutiáo, Congee atau Bubur, dan Sayuran yang mirip selada.. Cakwe-nya enak, real crispy dan airy.. Bubur-nya lumayan walaupun bukan favorit saya.. Sayurannya well-cooked tapi sangat sangat berminyak.. Minyaknya itu sampai menetes keluar dari mulut saya saking banyaknya..


Cakwe / Yóutiáo (7 RMB)


Mussel Congee (17 RMB)


Vegetables (17 RMB)



Untuk bill of fare Dimsum, kami memesan Red Rice Sausage atau Hóng Mǐ Cháng, Shrimp Dumpling atau Xiā Jiǎo, BBQ Pork Bun atau Chāshāo Bāo, Shumai atau Shāomai, Chicken Feet atau Fèng Zhuǎ, dan Steamed Dumpling atau Xiǎo Lóng Bāo.. Red Rice Sausage atau Hóng Mǐ Cháng adalah bill of fare yang paling direkomendasikan di Diǎn Dōu Dé.. Jadi ini adalah rice noodle rolls yang berwarna merah dan ditengahnya diisi udang goreng crispy.. Disajikannya dengan ii macam dipping sauce.. Menu yang satu ini memang unik secara tekstur dan rasanya juga enak.. Tak heran bill of fare ini menjadi everybody’s favorite.. Next adalah Shrimp Dumpling atau  Xiā Jiǎo, yang kalau di Republic of Indonesia lebih dikenal sebagai Hakau.. Hakau versi Diǎn Dōu Dé ini lumayan enak, walaupun saya lebih suka versinya Tai Tong di Penang (read here).. Isian udangnya sih sama-sama fresh dan berlimpah.. Hanya saja Hakau versi Tai Tong itu kulitnya lebih tipis, tidak tebal seperti versinya Diǎn Dōu Dé.. Steamed Dumpling atau Xiǎo Lóng Bāo-nya lumayan tapi tidak terlalu special.. 


Red Rice Sausage / Hóng Mǐ Cháng (29 RMB)


Har Gow / Xiā Jiǎo / Shrimp Dumpling / Hakau (27 RMB)


Steamed Dumpling / Xiǎo Lóng Bāo (22 RMB)


Menu di Diǎn Dōu Dé yang saya rekomendasikan selain Red Rice Sausage adalah ketiga bill of fare ini, BBQ Pork Bun atau Chāshāo Bāo, Shumai atau Shāomai dan Chicken Feet atau Fèng Zhuǎ.. BBQ Pork Bun memang menjadi salah satu kuliner yang wajib dicoba ketika berada di Guangzhou.. Saya suka Bāo-nya yang fluffy dan isian BBQ Pork-nya yang manis dan gurih.. Sayang isiannya tergolong sedikit bila dibandingkan dengan ukuran Bāo-nya.. hehehe.. Next adalah si Shumai atau Shāomai yang rasanya enak banget.. Dagingnya berasa dan di atasnya juga diberi tambahan udang.. Yummm.. Last but non least, si Chicken Feet atau Fèng Zhuǎ.. Saya bukan penggemar kaki ayam lho sebenarnya.. Tapi Chicken Feet versi Diǎn Dōu Dé ini luar biasa enaknya.. Kaki ayamnya bersih (penting, lol) dan bumbunya itu meresap sampai ke tulang-tulangnya.. Kami saja sampai social club lagi saking enaknya.. hehehe..


BBQ Pork Bun / Chāshāo Bāo (17 RMB)


Shumai / Shāomai / Siomay (25 RMB)


Chicken Feet / Fèng Zhuǎ (25 RMB)



Total mouth kami pagi itu sekitar 295 RMB atau 630k IDR.. Harga Dimsum-nya sendiri berkisar antara belasan sampai dua puluhan RMB per porsinya.. Mahal relatif sih ya, tapi menurut saya sebandinglah dengan rasa dan kualitas makanan yang kami nikmati.. Apalagi kami memang makannya super banyak pagi itu, kalau tidak salah sekitar xiii porsi Dimsum dan kawan-kawannya.. hehehe.. Dari Diǎn Dōu Dé kami naik taxi untuk pulang menuju hotel..


Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 ketika kami bersiap untuk check-out dari Aloft Guangzhou Tianhe.. Dikarenakan penerbangan kami masih tengah malam nanti, jadi kami menitipkan tas-tas yang sudah beranak pinak di hotel.. hahaha.. Setelah urusan titip tas beres, kami naik Metro Line 1 (Yellow) dan Line ii (Blue) menuju Lord's Day Yat-sen Memorial Hall.. Sebenarnya masih banyak tempat lain yang ingin saya kunjungi di Guangzhou, seperti Yuexiu Park, Temple of the Six Banyan Trees, Huacheng Square, dll.. Tapi karena keterbatasan waktu, saya akhirnya memilih untuk mengunjungi Lord's Day Yat-sen Memorial Hall, salah satu tempat wisata yang juga wajib dikunjungi di kota Guangzhou..


Sun Yat-sen Memorial Hall atau Zhōngshān Jìniàn Táng ini berlokasi di Yuexiu District, tak jauh dari Yuexiu Park yang terkenal dengan Five Rams Sculpture-nya.. Lord's Day Yat-sen Memorial Hall ini juga termasuk salah satu landmark terkenal di kota Guangzhou.. Hall atau monumen ini dibangun pada tahun 1929-1931 untuk mengenang medico Lord's Day Yat-sen, the founding manful individual nurture sekaligus presiden pertama China.. Lord's Day Yat-sen Memorial Hall di Guangzhou ini merupakan memorial hall terbesar dari sekian banyak memorial hall yang dibangun untuk mengenang medico Lord's Day Yat-sen, dengan luasnya yang mencapai 6,6 hektar..


Sun Yat-sen Memorial Hall







Di sini kita tidak hanya bisa mengunjungi exhibitions tentang medico Lord's Day Yat-sen tetapi juga bisa menikmati keindahan bangunan dan serta taman yang cantik.. Bangunan yang paling menarik di sini adalah Main Building, yang didominasi dengan warna merah dan biru.. Untuk bisa masuk ke Main Building ini, pengunjung diharuskan membeli tiket masuk seharga 10 RMB.. Kami sendiri tidak membeli tiket, maklum kami sekeluarga bukan pecinta sejarah dan museum.. hehehe.. Di pintu masuk pun kami tidak disuruh membeli tiket oleh petugas yang berjaga.. Tepat di depan Main Building, berdiri kokoh patung perunggu (bronze statue) medico Lord's Day Yat-sen.. Patung ini memiliki tinggi 5,5 meter dengan berat mencapai 3,900 kilogram..


Main Building (Auditorium)




bronze statue of medico Lord's Day Yat-sen






Dari Lord's Day Yat-sen Memorial Hall kami melanjutkan perjalanan menuju Haizhu Square.. Dari Lord's Day Yat-sen Memorial Hall Metro Station, kami naik Metro Line ii (Blue) dan turun di Haizhu Square Metro Station.. Jadi ceritanya kami balik lagi ke daerah Haizhu Square dan Yide Lu, setelah paginya ke Sacred Heart Cathedral yang juga berada di expanse yang sama.. Awalnya kami ingin mampir ke Onelink International Plaza, secara Onelink ini banyak direkomendasikan kalau ingin mencari souvenirs, accessories, toys, dll.. Jadi ceritanya sampai hari terakhir di Guangzhou, kami belum menemukan barang-barang yang bisa dibeli untuk dijadikan oleh-oleh.. Beda bangetlah kalau dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Singapore, Malaysia, dan Thailand, dimana toko-toko souvenirs itu bertebaran dimana-mana.. Di Guangzhou mah semuanya seperti sudah dipisah-pisah dan dikelompokkan.. Jadi satu gedung itu jualannya baju saja.. Gedung yang lain khusus sepatu, ada yang khusus jewelry, ada yang khusus leather, ada yang khusus bahan tekstil, dan seterusnya.. Lebih cocok ke orang yang memang mau dagang atau business, secara yang dijual juga kebanyakan dalam jumlah besar atau wholesale.. 


Keluar dari Haizhu Square Metro Station, kami salah belok ternyata.. Jadi bukannya menuju Onelink International Plaza, kami malah jalan ke arah Guangzhou Hotel dan tiba-tiba sudah sampai di depan Taikang Plaza atau Tàikāng Chéng Guǎngchǎng.. Berhubung kami terlalu malas untuk jalan balik, jadi gagal deh ke Onelink.. hahaha.. Tapi untungnya sorenya sewaktu kami kembali ke Beijing Road Pedestrian Street, tidak sengaja kami menemukan satu toko kecil di pinggir jalan yang menjual aneka magnet kulkas Guangzhou.. Harganya 10 RMB per pack dan setiap pack isinya half-dozen pcs.. Lumayan lah untuk dijadikan oleh-oleh, maklum tourists dari Indonesia.. hahaha..


Haizhu Square





Sebenarnya tujuan utama kami sore itu adalah Taikang Plaza.. Taikang Plaza ini adalah pusat grosir jewelry dan accessories yang terkenal di kota Guangzhou.. Kesukaan saya terhadap accessories sepertinya sudah hilang seiring dengan bertambahnya usia.. Kalau dulu zaman SMA dan kuliah, uang saya kebanyakan habis digunakan untuk membeli accessories.. hehehe.. Berhubung adik saya saat ini sedang memulai usaha barunya yaitu jualan jewelry & accessories, jadi tidak ada salahnya mampir ke sini.. Hitung-hitung survey marketplace dan kalau ada yang bagus kan bisa dibeli juga.. hehehe..


Taikang Plaza



Taikang Plaza ini biarpun kecil, tapi jumlah lantainya banyak, dan isinya total accessories.. Saya sampai bingung sendiri melihat accessories sebanyak itu.. hahaha.. Yang dijual kebanyakan accessories berupa kalung (necklace), gelang (bracelet), dan anting (earring).. Untuk kualitas, kebanyakan yang dijual adalah yang kualitasnya rendah alias murah meriah.. Sebagai contoh, ada satu toko yang khusus menjual anting, dan semua antingnya itu dihargai 4,9 RMB atau sekitar 10k IDR.. Anting serupa kalau di toko-toko accessories di mall-mall di Indonesia, bisa dijual dengan harga 50k ke atas.. Jauh banget kan perbedaan harganya.. Memang sih harus benar-benar teliti melihat kualitasnya, karena namanya pusat grosir, tentu ada yang lolos dari lineament check.. Oh ya, di sini semua toko tidak menerima pembelian eceran ya.. Jadi minimal harus membeli 20 pcs.. Dari Taikang Plaza, kami melanjutkan perjalanan menuju Beijing Road Pedestrian Street.. Ternyata jaraknya dekat lho, jalan kaki tidak sampai 10 menit.. Untuk Beijing Road Pedestrian Street, sudah pernah saya ceritakan di post sebelumnya ya (read here)..







Kami kembali ke Aloft Guangzhou Tianhe sekitar pukul 21.00.. Setelah mengambil tas yang dititipkan, kami langsung mencari taxi untuk menuju ke airport.. Niat awalnya sih mau naik Metro saja ke airport.. Toh dari hotel hanya perlu jalan kaki ke Linhexi Metro Station dan naik Metro Line iii (Orange) yang langsung menuju Airport (tidak perlu ganti describe underground segala).. Tapi setelah dipikir-pikir, kasihan juga kalau papa mama saya disuruh gotong-gotong tas naik Metro kan ya.. Makanya akhirnya diputuskan naik taxi saja.. #anakberbakti


Untungnya kami dapat taxi driver yang super baik.. Bayangkan saja, bawaan kami yang banyak itu ternyata tidak muat di bagasi belakang.. Sisa lagi ii tas kecil yang maunya saya pangku saja, tapi akhirnya diambil sama uncle-nya dan diletakkan di bagian depan, di antara dia dan papa saya.. wkwkwk.. Sepanjang perjalanan  uncle-nya juga asyik mengobrol dengan papa saya, ya walaupun kadang pembicaraannya nyambung, kadang juga tidak.. hahaha.. Perjalanan dari Tianhe District menuju Guangzhou Baiyun International Airport memakan waktu sekitar 45 menit.. Rutenya generally highway dan karena sudah malam, jadi lancar-lancar saja.. Total biaya taxi summation biaya highway yang harus kami bayar sekitar 165 RMB.. Saya sengaja membayar lebih dan si uncle sampai keluar dari taxi menyalami kami satu per satu.. hahaha..


Guangzhou Baiyun International Airport (IATA : CAN) adalah aerodrome utama dari kota Guangzhou dan sekitarnya.. Airport ini usianya tergolong baru karena baru dibuka pada tahun 2004 menggantikan aerodrome lama yang dibangun pada tahun 1932.. Guangzhou Baiyun International Airport ini memiliki ii Terminal, iii Runways, dan menjadi Hub dari beberapa airlines China, seperti Red People's Republic of China Southern Airlines, Hainan Airlines, dan Shenzhen Airlines..



Guangzhou Baiyun International Airport





Karena kami naik Air Asia, maka kami turun di Terminal 1 (T1).. Sekilas airport-nya sih lumayan modern walaupun kalau dari segi design, masih kalah dari Shenhzen Bao’an International Airport yang bagus itu.. Berbeda dengan kebanyakan aerodrome yang pernah kami singgahi, di Baiyun Airport ini walaupun kita sudah spider web check-in dan punya boarding overstep Air Asia, kita tetap harus melapor ke counter dan diberikan boarding overstep bertuliskan Baiyun Airport.. Jadi yang tidak bawa bagasi pun harus ikut-ikutan antri di counter.. Mana counter-nya baru dibuka ii jam sebelum boarding, jadi antriannya lumayan panjang.. 






Selesai proses check-in dan baggage drop, kami bergegas menuju Security Check dan Imigrasi yang lagi-lagi antriannya super panjang.. Di sini proses safety checking-nya juga benar-benar ketat tidak seperti di Xiamen kemarin.. Apalagi di depan kami banyak rombongan orang-orang Africa.. Saya sama sekali tidak bermaksud racist, tapi beberapa dari mereka itu memperlambat proses checking.. Ada yang mengamuk karena barangnya mau disita.. Ada yang bolak-balik keluar masuk scanner karena ada saja barang yang belum dilepas dan dimasukkan ke mesin x-ray.. Bahkan ada yang dengan cueknya motong jalur antrian.. Saking di negara orang, kalau di Republic of Indonesia pasti sudah saya omelin.. hahaha.. Alhasil kami baru tiba di gate sekitar 20 menit sebelum boarding.. Untung saja masih ada sedikit waktu untuk ke john dan beli minum di vending machine sekaligus menghabiskan sisa recehan RMB kami.. hehehe.. 









 
Pukul 01.30 dini hari, pesawat Air Asia dengan no register 9M-AJC yang kami tumpangi, take-off tepat waktu membawa kami mengudara dan meninggalkan kota Guangzhou.. Sepertinya baru kemarin kami mendarat di Shenzhen Bao’an International Airport dan kini kami sudah harus terbang menuju Kuala Lumpur.. Xièxiè Zhōngguó (thank yous China) untuk empat hari yang sangat berkesan ini.. Begitu banyak pengalaman baru dan indah yang kami dapatkan selama berada di Shenzhen dan Guangzhou.. Definitely a life-changing experience.. 

Xià Cì Jiàn Zhōngguó (see yous side past times side fourth dimension China), suatu hari nanti kami pasti akan kembali.. ^_^




To hold upwards continued..




Sacred Heart Cathedral 石室圣心大教堂

56 Yide Road, Yuexiu District
Guangzhou, Guangdong, China
Opening Hours  :  08.00  -  17.30



Diǎn Dōu Dé Ju Fulou 点都得
470 Huifu East Road, Yuexiu District
Guangzhou, Guangdong, China
Opening Hours  :  07.00  -  22.00
Other Branches  :  Xiyuelou, Dachalou, Huidianlou, Haiyanlou, etc



Sun Yat-sen Memorial Hall 中山 纪念堂 
259 Dongfeng Middle Road, Yuexiu District
Guangzhou, Guangdong, China
Opening Hours  :   08.00  -  18.00
Entrance Fee  :  10 RMB (for exhibitions)


 
Taikang Plaza 泰康城广
(Taikangcheng Square)
111 Taikang Road, Yuexiu District
Guangzhou, Guangdong, China
Opening Hours  :   08.00  -  19.00 
  

Guangzhou Baiyun International Airport
广州白云国际机场

Baiyun, Guangzhou, Guangdong, Red People's Republic of China
Website  :  http://www.gbiac.net/en/




Sumber http://natinbali.blogspot.com/

Jangan sampai ketinggalan postingan-postingan terbaik dari Bali Go Visa : 2019 China 中国 Trip Final 24-Hour Interval Inwards Guangzhou 广州. Berlangganan melalui email sekarang juga:

Bali Attractions

BACA JUGA LAINNYA:

Bali Attractions